JAKARTA (Lensametro.com) – Di tengah konflik bersenjata yang masih berlangsung antara Ukraina dan Rusia, Satuan Tugas Anti Hoaks Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat mengirimkan wakilnya ke Ukraina. Misi ini bertujuan menggali pola penyebaran narasi hoaks dalam situasi perang, sekaligus memperkuat diplomasi masyarakat sipil.
Ketua Satgas Anti Hoaks PWI Pusat, Budi Nugraha, mengungkapkan bahwa pihaknya mengutus Algooth Putranto, Koordinator Riset Satgas, untuk memenuhi undangan dalam forum “Conversation of the Free: Ukraine and Indonesia” yang didukung oleh Renaissance Foundation.
“Terpilihnya Algooth selaku wartawan Suara Merdeka yang menjabat Koordinator Riset Satgas Anti Hoaks PWI Pusat merupakan hal yang tepat karena PWI Pusat menjadikan gerakan antihoaks sebagai salah satu fokus kerja organisasi,” ujarnya, Jumat (23/5).
Tak hanya hadir dalam forum diskusi, Algooth yang juga merupakan dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Dian Nusantara (Undira), dijadwalkan mengisi sejumlah kuliah umum di beberapa lembaga pendidikan di Ukraina. Kehadirannya kali ini turut difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kyiv.
Diketahui, tahun ini menandai 33 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Ukraina. Pada tahun lalu, Institut Ukraina telah mengadakan pertemuan dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia untuk menjajaki kerja sama di bidang kebudayaan.
“Ukraina disebut-sebut memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia, terutama dalam budaya, tradisi, dan agama. Dalam hal ini Algooth yang memiliki ketertarikan riset pada komunikasi budaya dapat membagikan pandangannya kepada akademisi Ukraina,” tuturnya.
Peluang kerja sama ini makin terbuka lebar setelah Pemerintah Ukraina secara resmi mengizinkan pendirian Pusat Kajian Budaya Indonesia di Nizhyn Mykola Gogol State University (NMGSU) pada 7 April 2025.
Langkah konkret lain terwujud lewat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Indonesia melalui KBRI Kyiv dengan Akademi Nasional Manajemen Budaya dan Seni Ukraina (NAKKIm) pada 25 April 2025.
Algooth berharap kunjungannya ke Ukraina dapat memperkuat pemahaman antara dua bangsa dan membuka jalur diplomasi budaya yang selama ini belum tergarap maksimal.
“Sebagai bangsa, kita berhutang sangat besar kepada Ukraina. Tanpa perjuangan mereka di PBB tidak akan ada bangsa merdeka Indonesia. Sayang, kita terpisah oleh perang ideologi. Kunjungan di tengah perang ini semoga menjadi awal mempersiapkan hubungan lebih baik kedua negara di masa damai,” pungkasnya. [LM]