Waspadai NPD: Ketika Cinta dan Kasih Sayang Berubah Jadi Jerat Psikologis

Redaksi Lensametro.com
19 Mei 2025 14:51
3 menit membaca

SERANG (Lensametro.com) – Hubungan yang tampak harmonis di permukaan bisa saja menyimpan jebakan emosional berbahaya. Saat perasaanmu selalu dianggap berlebihan, kamu kerap disalahkan tanpa alasan, dan rasa bersalah seakan dipaksakan kepadamu, bisa jadi kamu sedang berada dalam cengkeraman seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik atau Narcissistic Personality Disorder (NPD).

NPD adalah kondisi psikologis serius yang kerap tersembunyi di balik pesona dan kepercayaan diri seseorang. Gangguan ini bukan sekadar sikap egois, tetapi pola kepribadian menetap yang merugikan orang-orang di sekitarnya.

Orang dengan NPD biasanya merasa dirinya lebih penting dari orang lain, menuntut pujian tanpa henti, kurang empati, dan cenderung memanipulasi demi kepentingan pribadi. Mereka yakin hanya bisa dimengerti oleh orang dengan status tinggi dan sering memilih-milih pergaulan.

“Mereka bisa sangat memesona dan menyenangkan di awal, tetapi lama-kelamaan hubungan dengan mereka melelahkan secara emosional dan merusak harga diri,” jelas dr. Margaretha, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kejiwaan di Bethsaida Hospital Serpong.

Manipulasi yang dilakukan pun kerap halus dan sulit dikenali. Salah satu taktik yang digunakan adalah gaslighting, yakni menyangkal kesalahan dan membuat korban meragukan ingatannya sendiri. Ada juga love bombing—pemberian perhatian, hadiah, dan kata-kata manis berlebihan di awal hubungan yang berubah menjadi kontrol emosional.

Selain itu, pelaku NPD kerap menggunakan silent treatment untuk menghukum lawan bicaranya. Mereka mendiamkan pasangan berjam-jam bahkan berhari-hari, lalu bertindak seolah tidak terjadi apa-apa. Efeknya, korban menjadi ragu, takut, dan dipenuhi rasa bersalah.

Manipulasi lainnya disebut guilt tripping, yaitu membuat korban merasa kasihan atau bersalah hingga tanpa sadar menuruti semua keinginan pelaku.

“Banyak korban NPD merasa seperti ‘gila sendiri’ karena terus disalahkan, padahal sedang dimanipulasi secara halus,” ungkap dr. Margaretha.

Dampaknya sangat serius. Selain kecemasan dan rendah diri, korban bisa mengalami keluhan fisik yang tak kunjung sembuh, kebencian yang menumpuk, hingga depresi mendalam. Semakin lama menjalin hubungan dengan pelaku NPD, makin besar kerusakan emosional yang dirasakan.

Lantas, bagaimana cara melindungi diri?

Pertama, kenali pola manipulasi tersebut. Sadari bahwa kamu tidak sendiri. Kedua, bangun kembali harga dirimu dan kelilingi diri dengan orang-orang yang mendukungmu secara sehat. Ketiga, tetapkan batas yang jelas dalam hubungan. Jangan takut berkata tidak. Dan jika perlu, akhiri hubungan yang membuatmu kehilangan arah.

Orang dengan NPD tetap membutuhkan bantuan profesional, tetapi hal ini bukan pembenaran atas perilaku manipulatif atau kekerasan emosional yang mereka lakukan.

“Jangan menunggu hingga harga dirimu terkikis. Setiap orang berhak berada dalam hubungan yang sehat secara emosional,” pungkas dr. Margaretha.

Direktur Bethsaida Hospital Serang, dr. Tirtamulya menegaskan pentingnya mengenali dampak psikologis dari hubungan yang tidak sehat. Menurutnya, tekanan emosional akibat manipulasi bisa merusak kesehatan mental dan menurunkan kualitas hidup.

“Melalui layanan Klinik Psikiatri Bethsaida Hospital Serang, kami menyediakan ruang aman untuk berbagi dan mendapatkan bimbingan profesional dalam membangun kembali kekuatan diri,” katanya.

“Kami berkomitmen untuk menghadirkan layanan kesehatan mental yang komprehensif dan mudah diakses. Dengan dukungan psikiater berpengalaman dan fasilitas yang lengkap, Bethsaida Hospital siap membantu masyarakat memahami, mengelola, dan bangkit dari luka emosional yang mereka alami,” ujar dr. Tirtamulya. [LM]