banner 970x250

Anak Muda Masuk Parlemen, Inspirasi dari Buku “Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen”

Redaksi
14 Sep 2024 19:05
3 menit membaca

KAB. TANGERANG (Lensametro.com) – Keberhasilan Abraham Garuda Laksono, politisi muda PDI Perjuangan, meraih kursi di DPRD Banten pada Pemilu 2024 di usia 23 tahun, menjadi inspirasi bagi generasi milenial. Ia bukan hanya anggota DPRD termuda, tetapi juga menjadi role model yang menunjukkan bahwa generasi muda bisa berperan aktif dalam politik dan mengembalikan kepercayaan kaum milenial terhadap dunia politik.

Hal ini disampaikan dalam acara Bedah Buku “Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen, Abraham Garuda Laksono, Dari Inspirasi Menjadi Aksi” yang digelar di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, pada Sabtu (14/9/2024). Buku ini mengisahkan perjalanan awal karier politik Abraham, yang kerap disapa Abe, dan bagaimana ia mampu menembus dominasi politik senior.

Ketua DPP PDI Perjuangan, Ribka Tjiptaning, yang menjadi keynote speaker dalam acara tersebut, memberikan apresiasi atas pencapaian Abe. Ribka menegaskan bahwa posisi Abe di parlemen bukanlah hasil dari pengaruh ayahnya, Ananta Wahana, seorang politisi senior Banten, tetapi murni karena kapasitas dan kapabilitasnya.

“Bahkan jika Abe memilih menjadi pebisnis, dia pasti akan berhasil. Bekal pendidikannya sebagai lulusan dari Singapura sangat cukup. Tapi Abe memilih jalan politik, mengikuti jejak ayahnya,” ujar Ribka di hadapan para peserta yang mayoritas kaum milenial.

Ribka juga menyebut keputusan Abe untuk terjun ke politik sebagai langkah luar biasa bagi seorang milenial, di tengah banyak anak muda yang lebih memilih karier di luar politik.

“Keputusan ini luar biasa karena Abe memiliki kesempatan untuk hidup nyaman dengan pekerjaan mumpuni, tapi justru memilih mengurusi konstituen. Ini membutuhkan kematangan mental dan pikiran,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Ribka juga mendorong generasi milenial untuk membaca buku “Jalan Terjal Milenial Menuju Parlemen”. Ia berharap buku ini bisa membuka pandangan anak muda bahwa politik tidak selalu sulit dan rumit, tetapi juga bisa penuh keceriaan dan inspirasi seperti yang ditunjukkan Abe.

Sejarawan muda Indonesia, Bonnie Triyana, yang menulis kata pengantar buku tersebut, juga menyampaikan rasa bangganya. Bonnie menyebut Abe sebagai “anomali” di kalangan anak muda yang kebanyakan lebih tertarik menjadi Youtuber daripada politikus.

“Saya menulis kata pengantar dengan happy karena buku ini berdasarkan pengalaman empiris. Abe ini role model anak muda yang berbeda dari kebanyakan,” kata Bonnie.

Ia menambahkan, buku ini adalah semi-memoar yang menceritakan perjalanan awal Abe sebagai politisi muda, yang akan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terlibat dalam politik. Menurutnya, buku memoar biasanya ditulis oleh tokoh yang sudah tua, tetapi Abe berani menuliskannya di awal karier, sebagai bentuk refleksi tanggung jawabnya.

Bonnie juga menyandingkan Abe dengan tokoh-tokoh besar seperti Sjahrir, Soekarno, dan Hatta, yang memulai perjuangan politik mereka dengan jalan terjal namun meninggalkan warisan besar bagi bangsa.

Senada dengan itu, Endang Jaya Permana, editor buku tersebut, menyebut Abe sebagai wajah baru dalam politik Indonesia dengan semangat dan visi modern yang sangat cocok dengan suasana milenial.

“Abraham adalah wajah baru dan regenerasi dalam kepemimpinan modern di legislatif. Buku ini adalah rekam jejak perjalanan Abe, dari nol pengalaman politik hingga berhasil meraih kursi parlemen Banten. From zero to hero,” jelas Endang.

Dalam acara tersebut, Abe juga mengucapkan terima kasih atas antusiasme yang tinggi terhadap peluncuran bukunya. Ia berharap buku ini bisa menjadi inspirasi bagi kaum milenial agar lebih peduli terhadap politik.

“Literasi politik bagi kaum milenial seperti saya sangat penting agar mereka melek politik dan aktif dalam pembangunan bangsa,” ucap Abe.

Sebagai alumni Universitas James Cook Singapura, Abe juga menekankan pentingnya literasi dalam membangun kesadaran politik generasi muda, sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa seperti Bung Karno dan HOS Cokroaminoto.

“Tingkat literasi kita masih rendah dibandingkan negara lain. Karenanya, kita harus mendorong partisipasi politik milenial melalui gerakan membaca,” pungkas Abe. [LM]