
Serapan lamban pada saat akhir tahun menjelang bukan barang baru di Kabupaten Tangerang. “Tradisi kebut akhir tahun” adalah pola klasik yang selalu dimainkan. Kebiasaan menyebalkan ini hanya mengutamakan kejar tayang, sering mengabaikan mutu pekerjaan.
DARI ATAS PODIUM, Bupati Tangerang Maesyal Rasyid menegur anak buahnya mengenai capaian serapan anggaran. Hingga pertengahan November ini, serapan anggaran baru mencapai 79 persen. Dia pun mengingatkan bawahannya agar segera menuntaskan pekerjaan yang belum dilaksanakan.
“Kepada seluruh pegawai Kabupaten Tangerang, ini sudah masuk triwulan keempat, saya minta program tahun 2025 sesuai dengan jadwal segera dijalankan,” kata Maesyal di Gedung Serba Guna Puspemkab Tangerang, Selasa (11/11/2025).
Maesyal nampaknya mulai gusar, tahun 2025 tidak sampai dua bulan lagi bakal bubar. Sedangkan, capaian anggaran masih berada pada titik mengkhawatirkan. Bila seruan Maesyal diabaikan, sangat mungkin anggaran tidak bisa dihabiskan. Ada kegiatan yang tidak dilaksanakan. Jelas, ini menunjukkan buruknya kualitas perencanaan dan kegagapan dalam pelaksanaan.
Maesyal mungkin masih bisa menahan kesabaran. Tapi serapan anggaran yang tak memuaskan, ditambah jatah waktu yang tak sampai dua bulan, tentu perlu dipikirkan.
“Ini sudah masuk triwulan keempat. Saya minta program tahun 2025 segera dijalankan. Jangan sampai ada yang tidak dilaksanakan,” kata dia kepada anak buahnya.
Maesyal mengklaim, akselerasi pelaksanaan kegiatan tidak semata untuk menggugurkan kewajiban. Melainkan agar, anggaran yang sudah dialokasikan lekas digunakan. Supaya hasilnya bisa dirasakan masyarakat Kabupaten Tangerang.
“Supaya bisa dirasakan masyarakat,” ujarnya.
Tapi apa boleh buat, habitat birokrat memang terbiasa bekerja dengan lambat. Kekhawatiran Maeyal soal potensi adanya Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), bisa jadi kenyataan. Dan bila itu terjadi, maka keterampilan Pemkab Tangerang dalam mengelola anggaran perlu dipertanyakan.
“Saya ingatkan, ini sudah November, sisa sebulan. Baru 79 persen serapan anggaran. Kegiatan fisik segera laksanakan,” ucap Maesyal.
Saat ini, banyak proyek fisik di Kabupaten Tangerang baru dilaksanakan. Sebut saja proyek pembangunan Kebun Bambu di Cisoka garapan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK). Atau beberapa proyek infrastruktur lain, yang kebanyakan baru mulai dikerjakan saat tahun 2025 segera pulang.
“Tradisi kebut akhir tahun” ini jelas mencemaskan, terutama untuk proyek fisik. Pasalnya, proyek dikebut di penghujung tahun, kondisi di mana hujan mulai rajin turun. Tentu kondisi hujan bisa menghambat proses pengerjaan. Belum lagi dampak yang ditimbulkan. Drainase acak-acakan, jalan berantakan, saluran air terhalang, ujungnya banjir menerjang atau malah kerap terjadi kecelakaan.
Tidak hanya itu, “tradisi kebut akhir tahun” juga kerap mengorbankan kualitas pekerjaan. Proyek dijalankan dalam tekanan waktu dan cuaca yang tidak menentu. Pada sisi lain, pengawasan jadi melemah. Hasilnya, barang yang dihasilkan menjadi ringkih, cepat rusak.
Maesyal memang harus khawatir. Meski APBD tahun ini adalah APBD “warisan”, tapi jelas dia mesti mempertanggungjawabkan. Jangan sampai lemahnya perencanaan, membuat anggaran hanya yang penting dihabiskan, sementara kualitas dikorbankan.
Evaluasi wajib dilakukan. Maesyal harus mendesak anak buahnya menyusun perencanaan yang matang. Agar pada tahap pengadaan, pencairan, hingga pelaksanaan, tidak menumpuk di akhir tahun yang bisa menjadi permasalahan.