Serang | Lensametro.com, Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Banten resmi menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Masa Cipta Husada (MCH) dalam bidang pelayanan hemodialisis. Kerja sama ini berkaitan dengan pembangunan Klinik Utama Bhakti PMI Provinsi Banten yang sudah selesai pada tahap satu.
Penandatangan kerja sama dilakukan Ketua PMI Provinsi Banten Ratu Tatu Chasanah bersama Direktur Utama PT MCH, Agus Hendrosusanto di Markas PMI Banten, Senin (6/3/2023). “Kerja sama ini untuk mengoperasionalkan klinik yang dimiliki oleh PMI Provinsi Banten. Kegiatan ini, tujuan kita semua, untuk membantu masyarakat di Kabupaten dan Kota Serang khususnya, umumnya Provinsi Banten,” kata Tatu kepada wartawan.
Sekadar diketahui, PMI Banten sudah selesai membangun gedung yang diberi nama Klinik Utama Bhakti PMI Provinsi Banten. Pembangunan baru selesai tahap satu yang akan dilanjutkan hingga dua lantai. Selain klinik hemodialisis, diproyeksikan pelayanan kesehatan umum, ibu-anak, dan penyakit dalam.
Menurut Tatu, PMI Banten terus membantu pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Terutama untuk penanganan penyakit tidak menular seperti kelainan ginjal yang memerlukan terapi cuci darah. “Semoga dengan kehadiran klinik hemodialisa, bermanfaat untuk masyarakat yang membutuhkan layanan cuci darah,” ujarnya.
Tatu menargetkan, setelah penandatanganan kerja sama dilakukan, PT MCH dan PMI Banten berbagi tugas untuk menyiapkan operasional klinik yang ditargetkan pada Agustus mendatang. Pelayanan dimulai di lantai satu yang selesai dibangun. “Nanti ditambah pelayanan ketika lantai dua selesai. Kami bertanggungjawab membangun gedung, nanti MCH peralatan. Di sana bentuk kerja samanya,” ungkap Bupati Serang ini.
Direktur PT MCH, Andreas Ja’far mengaku senang bisa bekerja sama dengan PMI Banten. Saat ini, kata dia, PT MCH sudah melaksanakan pelayanan hemodialisa di 46 fasilitas kesehatan se-Indonesia, mulai dari Aceh hingga Timika. “Di Provinsi Banten ini klinik pertama. Kita mulai kerja keras dan cepat, agar targetnya Agustus bisa dibuka,” ujarnya.
Apa yang membedakan pelayanan klinik PMI Banten dengan fasilitas kesehatan lain? Andreas menyatakan, pihaknya akan memberikan pelayanan hemodialisa dengan sistem single use. Setiap peralatan digunakan sekali pakai. “Saat ini mayoritas menggunakan re-use, penggunaan kembali. Kami single use, ini yang akan membedakan,” ujarnya.
Tidak hanya itu, PT MCH membawa langsung partner dari Jepang untuk penyediaan alat terbaru.“Bahwa di sini ada potensi, kita bisa menolong orang lebih banyak. Dan kita akan gunakan alat semuanya baru,” ujarnya.
Menurutnya, PT MCH punya misi yang sama dengan PMI Banten, yakni beorientasi kemanusiaan dan kebermanfaatan bagi masyarakat. Oleh karena, operasional nanti akan menerima semua masyarakat yang punya kepesertaan BPJS Kesehatan.
Andreas pun bercerita terkait pelayanan hemodialisa yang dilaksanakan perusahaannya di Banda Aceh. Ketika awal dibangun, enam bulan kemudian tersapu tsunami. Kemudian PT MCH mendapatkan donasi dari Jerman dan kembali membangun klinik hemodialisa yang bekerja sama dengan rumah sakit di Aceh.
Akhirnya di Aceh kami punya 60 mesin, bisa melayani masyarakat lebih banyak. Di situ kepuasaan kita, ada hasil, dan bahkan kita bisa berbagi ilmu,” ujarnya.(red/rls)