Tak Tersentuh Program RTLH, Warga Menes ini Tinggal di Gubuk Derita Beralas Tanah

PANDEGLANG, LENSAMETRO- Gencarnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang dengan program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ternyata tak jua menyentuh warga di Kecamatan Menes ini. Yadi namanya. Dia dan keluarganya masih tinggal di ‘gubuk derita’ yang tidak layak.

Pantauan lensametro, banginan yang ditempati Yadi bersama istri dan anaknya di sebuah  sebuah bangunan berukuran lebar sekitar enam meter dan panjang sekitar empat meter.

Bangunan tersebut hanya beralaskan tanah, bertiang kayu dan bambu, serta beratapkan terpal berwarna biru muda.

Di depan bangunan, terlihat dua lemari lari pelastik yang berjejeran, ditamban yumpukkan perabotan rumah tangga yang bergeleletak tak beraturan. Dan dipan tempat tidur berbahan bambu menjadi ranjang temoat tidur di kediaman tersebut.

Yadi, warga Kampung Kadumalam, Desa Sukamanah, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten ini mengaku, sudah satu tahun tinggal di gubuk yang beratapkan terpal dan lantai tanah tersebut.

“Sudah satu tahun kami tinggal di sini,” ucap Yadi kepada wartawan, Kamis (17/12/2020).

Saat ditemui wartawan, pemilik rumah tersebut menceritakan bahwa, kondisi tempat tinggal yang mengkhawatirkan tersebut berawal dari robohnya rumah akibat angin dan hujan yang menerjang.

Akibat musibah tersebut, serta himpitan ekonomi, ia terpaksa memperbaiki atap rumahnya hanya dengan menyelimutkan terpal sebagai pengganti genteng yang hancur akibat hempasan angin dan hantaman hujan.

“Kami belum mampu bangun rumah, kqarena rumah yang dulu roboh. Saya di sini tinggal ber empat sama anak dan istri,” tuturnya.

Baca Juga ; Tanpa Sentuhan Pemda Pemuda di Panimbang Bangun Rumah Warga Miskin

Yadi mengungkapkan, ketika hujan tiba sering mengalami bocor, sebab atap terpal tersebut banyak yang berlubang. Sehingga ketika malam hari saat tidur berhimpitan dengan anak dan istri, tak jarang ia terbangun karena tetesan air.

“Apalagi sekarang musim penghujan, kami satu kamar berempat anak yang paling besar 10 tahun dan yang kecil berumur 4 tahun. Masak dan tidur juga di satu ruangan dengan sekat hanya dari kain,” ucapnya.

Yadi yang bekerja serabutan tersebut mengatakan, dengan kondisi seperti itu, pihak desa sudah nengtahui bahkan pernah melakukan pendataan. Namun, sampai sekarang tidak ada tindak lanjut, apalagi untuk mendapatkan bantuan.q

“Kalau bantuan dari pemerintah hanya PKH dan BPNT, tetapi kami sangat berharap dapat bantuan untuk membangun rumah, agar bisa lebih nyaman,” tukasnya.

Namun, saat coba dimintai keterangan, pihak desa tersebut sedang tidak ada di kantor, sampai berita ini ditulis, Kepala Desa setempat  belum memberikan keterangan. (Oq/joe)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *