banner 970x250

Opini; Kajian Sosial Ekonomi Terhadap Dampak Lingkungan Akibat Longsor Sampah di TPA Cipeucang Serpong

Redaksi
13 Jun 2020 10:36
4 menit membaca

Oleh Muhammad Musyfiq Salami, S. Sos., M.M., C.T.

Belum juga usai penanganan masalah pandemi Covid-19, masalah lingkungan seolah kian menambah beban masyarakat. Pada bulan Mei 2020 di Kota Tangerang Selatan terjadi longsor sampah di TPA Cipeucang yang diakibatkan sheet pile penahan sampah jebol.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Tangerang Selatan, Yepi Suherman mengatakan beton penahan sampah jebol sepanjang 60 meter. Warga Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan sebagai masyarakat yang terdampak dan terdekat dengan lokasi kejadian baru-baru ini mengeluhkan bau menyengat dari tumpukan sampah yang tumpah di aliran sungai Cisadane (sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200602165120-20-509100/sampah-tpa-cipeucang-serpong-longsor-bau-makin-menyengat).

Adapun dampak dari longsornya TPA Cipeucang bukan tidak mungkin akan mempengaruhi wilayah lain disekitar TPA dan mencemari area yang dilewati sungai Cisadane.

Pencemaran lingkungan umumnya terjadi saat lingkungan hidup manusia, baik yang bersifat fisik, biologis, maupun sosial memiliki unsur yang merugikan keberadaan manusia.

Selain dampak pencemaran lingkungan, tumpahnya sampah di sungai Cisadane akan berdampak terhadap sosial ekonomi di kawasan tersebut.

Untuk itu diperlukan pendekatan sosiologis dan ekonomi dalam proses pengambilan keputusan penanggulangan longsor sampah dan tentunya diharapkan partisipasi seluruh stakeholder untuk menyelesaikan masalah ini.

Baca Juga : Opini; Bagaimana UMKM Bertahan di Masa Korona

Upaya teknis  yang dilakukan pemerintah daerah dirasa tidak cukup apabila tidak ada partisipasi dan kesadaran dari masyarakat itu sendiri.

Masalah sampah ini sangat mengganggu terutama jika tidak dikelola dengan baik. Bagi masyarakat pedesaan, sampah mungkin belum menjadi masalah serius. Namun, tidak demikian dengan masyarakat yang tinggal di kota atau di daerah padat penduduk.

Masyarakat kota dan daerah padat penduduk menghasilkan banyak sekali sampah akibat banyaknya proses produksi dan konsumsi di kota. Dari segi jumlah penduduk, Tangerang Selatan merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Banten setelah Kota Tangerang serta terbesar keenam di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Depok (https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang_Selatan).

Pendekatan Sosial Ekonomi Terkait Upaya Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

Lingkungan yang tercemar akan menyebabkan berbagai macam pengaruh yang buruk seperti matinya ekosistem, keracunan, serta terjadi polusi air, udara dan tanah. Oleh sebab itulah kita harus membuat agar lingkungan yang ditempati oleh masyarakat menjadi asri dan tanpa pencemaran. Faktor sosial ekonomi yang patut diperhatikan akibat pencemaran antara lain :

  1. Kualitas Hidup
  2. Tempat Tinggal
  3. Hubungan Sosial
  4. Keadaan Rumah Tangga
  5. Aktivitas Ekonomi

Di bawah ini beberapa pendekatan sebagai upaya menanggulangi sampah di TPA Cipeucang :

  • Perlunya kampanye edukasi dan budaya baru mengenai lingkungan hidup yang berkelanjutan diberbagai media kita tidak perlu malu mengadopsi ataupun mengikuti kebiasaan negara-negara maju yang terbukti berhasil mengolah sampah. Teknologi informasi dan komunikasi saat ini amat sangat memungkinkan sampainya transfer informasi kepada masyarakat yang masih rendah kesadarannya terhadap lingkungan. 
  • Memberdayakan dan mengajak partisipasi masyarakat dalam menanggulangi pencemaran lingkungan adalah sebuah keniscayaan. Contohnya dengan memberdayakan aktivis dan komunitas peduli lingkungan  sebagai agent of change sehingga menumbuhkan gerakan sosial berbasis lingkungan bersih, sebagai contoh di kota Malang, Jawa Timur ada seorang dokter muda yaitu dr. Gamal Albinsaid yang membuat suatu terobosan di dunia kesehatan sekaligus lingkungan, ia menginisiasi Klinik Asuransi Sampah sehingga terobosannya ini diganjar berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri (sumber : https://republika.co.id/berita/koran/news-update/n4dic35/gamal-albinsaid-satu-terobosan-dua-solusi).
  • Optimalisasi anggaran pembangunan TPA untuk membangun dan normalisasi kawasan semaksimal mungkin. Kita tidak ingin dana miliaran yang sudah diberikan pemerintah kota Tangerang Selatan sia-sia dan tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Jika memungkinkan, alangkah baiknya pemerintah kota memberikan kompensasi kepada masyarakat sebelum adanya tuntuntan yang lebih keras dari masyarakat terdampak.
  • Membangun PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) sebagai alternatif dan upaya penanggulangan sampah, memang langkah ini bukan solusi jangka pendek melainkan investasi jangka panjang agar masalah ini bisa diselesaikan. Tentunya usaha untuk terus memperbaharui teknologi pengelolaan sampah juga harus tetap dilakukan, dengan adanya teknologi penangangan sampah akan jauh lebih komprehensif dan terpadu.

Pembelajaran Untuk Masyarakat

Lingkungan yang sehat merupakan dambaan setiap manusia, untuk menuju lingkungan sehat itu merupakan tugas bersama. Longsor sampah yang terjadi di TPA Cipeucang pada hakikatnya adalah sebuah pembelajaran khususnya bagi masyarakat kota Tangerang Selatan bahwa suatu lingkungan pun memiliki batas, batas menampung sampah produksi, konsumsi, dan distribusi yang dihasilkan dari berbagai aktivitas banyak pihak.

Tanpa disadari masyarakat tidak memiliki kesadaran yang cukup terhadap pengelolaan sampah rumah tangga maupun usaha. Padahal jika mau, sampah pun bisa dikelola menjadi sesuatu yang berharga dan mendatangkan uang bagi masyarakat khususnya mereka yang bekerja di sektor informal.

Diharapkan setelah kejadian ini akan ada perubahan perilaku yang lebih masif di tengah-tengah masyarakat yang semakin hari semakin konsumtif, yaitu pola hidup berbasis lingkungan yang aplikatif melalui penerapan konsep reduce, reuse, recycle dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya kesadaran bersama, akan sulit untuk dapat menyelesaikan permasalahan sampah. (*)

*Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi, Prodi Manajemen, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.