BANTEN (Lensametro.com) – Akademisi Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Gufroni, mengingatkan masyarakat Banten untuk bersikap kritis dalam memilih calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilgub Banten 2024. Menurut Gufroni, masa depan Banten sangat ditentukan oleh pilihan masyarakat yang mampu melihat realitas masa lalu dan tantangan saat ini dengan cermat.
“Sebagai tanah Jawara, Banten memiliki sejarah keberanian melawan kolonialisme dan penindasan. Jiwa jawara ini harus menjadi modal kuat untuk keluar dari ketertinggalan,” ujar Gufroni kepada wartawan, Rabu (4/9/2024).
Ia menegaskan, Banten saat ini menghadapi tantangan besar untuk menjadi provinsi yang berkembang dan sejahtera. Gufroni menekankan bahwa Banten adalah milik seluruh masyarakat, bukan hanya milik individu, kelompok, atau keluarga tertentu. Oleh karena itu, warga Banten harus aktif dalam menentukan arah provinsi ini, bukan sekadar menjadi objek keputusan dari segelintir elit yang hanya memikirkan kepentingan pribadi atau kelompok.
“Saya mengajak seluruh masyarakat Banten untuk lebih kritis dan bijak dalam memilih pemimpin pada Pilgub November 2024,” imbaunya.
Gufroni juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mendorong kemajuan Banten. “Jangan terjebak pada penampilan calon pemimpin yang hanya menarik simpati tanpa adanya komitmen nyata untuk memajukan daerah ini,” tambahnya.
Sebagai sosok yang dikenal kritis terhadap berbagai fenomena di Banten, Gufroni mengajak masyarakat untuk berani mengambil alih kendali atas masa depan mereka. Ia mengingatkan bahwa tidak ada lagi alasan bagi warga Banten untuk hidup dalam ketidakpastian.
“Pilgub 2024 akan menjadi momen penentu bagi masa depan Banten, apakah akan melangkah maju atau justru mundur. Banten memiliki potensi besar untuk berkembang, tetapi kita harus menutup babak kepemimpinan yang mengutamakan kepentingan keluarga dan relasi sempit,” jelasnya.
Gufroni menyoroti fakta bahwa dominasi kekuasaan di Provinsi Banten dan delapan kabupaten/kotanya selama ini dipegang oleh segelintir pihak yang menjadikan hubungan kekerabatan sebagai syarat utama untuk memimpin. Akibatnya, calon pemimpin dari latar belakang berbeda sulit mendapatkan kesempatan.
“Regenerasi politik saat ini terjebak pada pola yang menguntungkan mereka yang memiliki ikatan darah atau kedekatan dengan penguasa. Ketika mereka berada di posisi kekuasaan, hanya keuntungan bagi kelompok mereka yang akan didapatkan,” tegasnya.
Gufroni juga membeberkan data kesejahteraan masyarakat Banten yang dinilai tidak merata. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2024, Banten menempati posisi kelima termiskin di Pulau Jawa dan mencatat tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Indonesia.
“Fakta ini menunjukkan bahwa distribusi kesejahteraan di Banten sangat tidak adil. Hanya mereka yang dekat dengan penguasa yang menikmati kesejahteraan,” ungkap Gufroni.
Kondisi ini, menurutnya, mengancam masa depan masyarakat Banten jika rantai kekuasaan tidak segera diputus. Ia menambahkan bahwa kemiskinan dan pengangguran seolah diciptakan untuk mengekang masyarakat agar tetap patuh kepada penguasa.
“Kekuatan untuk menentukan nasib ada di tangan masyarakat Banten, bukan milik keluarga atau kelompok tertentu,” tegasnya.
Gufroni menyerukan masyarakat Banten untuk menghidupkan kembali semangat juang mereka dan tidak menyerah pada ketidakadilan. “Banten adalah daerah yang dikenal dengan semangat juaranya. Kata ‘jawara’ mencerminkan karakter masyarakat Banten yang berani dan tangguh dalam menghadapi tantangan demi kesejahteraan bersama. Maka dari itu, saya mengajak masyarakat Banten untuk membangkitkan kembali semangat jawara dalam menentukan masa depan provinsi kita yang lebih baik,” pungkasnya. [LM]