Oleh: Erna Ummu Aqilah
Tak terasa kita sudah memasuki bulan Rabiul Awal, di mana umat Islam bersuka cita menyambut bulan mulia ini. Sebab pada tangal 12 Rabiul Awal tahun gajah, manusia paling mulia dilahirkan di muka bumi ini untuk menyampaikan wahyu dari Allah Swt, serta membawa petunjuk dan rahmat bagi seluruh alam semesta.
Umat Islam di berbagai belahan dunia, memperingati maulid nabi besar Muhammad Saw, tak terkecuali umat Islam Indonesia. Sebagai bentuk kecintaan dan rasa syukur, berbagai cara dilakukan untuk mewujudkan rasa cinta tersebut.
Jika dilihat dari sejarah, awal mula adanya peringatan maulid nabi Muhammad Saw dilakukan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi, pada tahun 1184 Masehi (580 H). Beliau merupakan penguasa Haramayn (dua kota suci Makkah dan Madinah).
Melihat kondisi umat Islam saat itu semakin melemah semangat juangnya, beliau berfikir keras untuk mengembalikan semangat perjuangan umat. Akhirnya Sultan Shalahuddin Al Ayyubi, mengadakan sayembara penulisan riwayat Nabi Muhammad Saw, serta puji-pujian bagi beliau dengan bahasa yang indah, menarik sesuai dengan sastra dan bahasa Arab.
Diundangnya seluruh ulama dan sastrawan untuk mengikuti kompetisi tersebut, dan sayembara tersebut berhasil dimenangkan oleh Syaikh Ja’far Al Barzanji, dengan karyanya yaitu kitab “Barzanji”.
Demi mengobarkan semangat jihad fisabilillah melawan Eropa yakni, Perancis, Jerman dan Inggris dalam perang salib 1099 Masehi. Sebab pada saat itu tentara salib berhasil merebut Yerusalem, dan merubah masjid Al Aqsa menjadi gereja. Pada saat itu umat Islam kehilangan semangat jihadnya.
Sultan Shalahuddin Al Ayyubi memerintahkan seluruh jamaah haji, untuk kembali ke daerah masing-masing dan mensosialisasikan pada seluruh umat Islam, bahwa mulai tahun 580H (1184 M) setiap tanggal 12 Rabiul Awal, untuk diperingati sebagai maulid nabi Muhammad Saw, dengan tujuan membangkitkan semangat juang umat.
Hanya butuh waktu tiga tahun, umat Islam pada tahun 583 H ( 1187 M) Yerussalem berhasil direbut, dan Al Aqsa menjadi masjid kembali.
Begitu dahsyatnya momentum peringatan maulid nabi Muhammad Saw, jika benar-benar sesuai tujuan awalnya. Namun bagaimana dengan peringatan maulid nabi saat ini, benarkah sesuai tujuan atau sekadar ritual dan sukacita semata?
Jika diperhatikan kebanyakan umat Islam sekarang, mengadakan peringatan maulid nabi Muhammad Saw hanya perayaan semata. Berlomba-lomba membuat acara semeriah mungkin dengan dana yang fantastis, tetapi tidak mampu memberikan efek positif dengan meningkatkan rasa iman dan takwa kepada Allah Swt serta Rasulullah Saw.
Bahkan ada yang memperingati maulid dengan hal-hal yang dilarang oleh agama. Seperti bercampur baur antara jamaah laki-laki dan perempuan, tabaruj (dandan berlebihan), bahkan mengadakan persembahan terhadap lautan dan lainnya.
Jika hal ini terus terjadi, maka umat Islam tidak akan pernah bangkit lagi. Terbukti meskipun rutin mengadakan peringatan maulid, umat Islam tetap terpuruk, terjajah bahkan terpecah belah.
Mari dengan momentum peringatan maulid nabi tahun ini, kita benar-benar menjadikan Rasulullah sebagai teladan terbaik bagi kita. Sebab Rasulullah merupakan manusia sempurna baik sebagai hamba, kepala keluarga bahkan kepala negara.
Bahkan Allah Swt telah mengingatkan kita pada Qur’an surat Al Ahzab ayat 21.
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak mengingat Allah.
Saatnya umat Islam kembali sadar untuk benar-benar memaknai peringatan maulid nabi, sebagai ajang mengembalikan semangat juang yang tinggi, dengan meneladani Rasulullah Saw agar umat Islam menjadi umat yang satu, yakni dalam pemikiran, perasaan dan peraturan yaitu Islam. Sehingga umat Islam berhasil menjadi umat terbaik, dan Islam sebagai rahmatan lil alamiin bisa terwujud.
Wallahu alam bishshawwab.