
Lensametro.com — Suatu kali, seorang perempuan bernama Lila curhat di media sosial tentang rasa iri yang mengganjal di dadanya. Sahabatnya baru saja membuka bisnis kecil yang viral di TikTok, sementara Lila sendiri masih berjuang mencari pelanggan. “Aku bahagia untuk dia, tapi entah kenapa, rasanya sesak juga,” tulisnya. Cerita itu mendapatkan banyak respons karena banyak orang yang merasa relate.
Kalau kamu pernah merasa begitu, kamu enggak sendirian. Rasa iri bisa muncul bahkan dalam hubungan yang paling dekat, seperti persahabatan. Tapi kabar baiknya, rasa itu bukan akhir dari segalanya. Ada cara untuk menanganinya dengan bijak, tanpa harus kehilangan sahabat atau dirimu sendiri.
Berikut ini 7 langkah mengatasi rasa iri dalam persahabatan agar hubunganmu tetap sehat dan tulus.
Langkah pertama adalah jujur. Akui bahwa kamu sedang merasa iri. Jangan buru-buru menyalahkan diri. Rasa iri itu manusiawi. Semua orang pernah merasakannya, termasuk saya. Justru dengan mengakuinya, kamu bisa mulai memahami apa yang sebenarnya kamu butuhkan.
Tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang sebenarnya membuat aku iri?” Mungkin kamu merasa tertinggal, atau merasa kurang dihargai. Menemukan akar masalahnya akan membantumu melihat bahwa, sering kali, rasa iri bukan tentang sahabatmu, melainkan tentang luka kecil dalam dirimu yang butuh disembuhkan.
Setiap orang punya waktunya masing-masing. Coba alihkan perhatian dari pencapaian sahabatmu ke perjalanan hidupmu sendiri. Tulislah tiga hal yang sudah kamu capai minggu ini, sekecil apa pun. Percaya deh, rasa puas kecil itu bisa jadi penawar rasa iri yang besar.
Daripada tenggelam dalam perasaan tidak cukup, jadikan pencapaian sahabatmu sebagai motivasi. Misalnya, kamu iri karena dia berani memulai bisnis—mungkin itu tanda kamu juga harus mencoba hal baru. Jadikan iri sebagai bahan bakar untuk tumbuh, bukan api yang membakar hubungan.
Kita sering lupa, media sosial hanya menampilkan potongan terbaik hidup seseorang. Kalau tiap kali melihat unggahan sahabatmu kamu merasa tidak nyaman, istirahatlah sejenak. Lakukan digital detox. Namun, harus diingat bahwa digital detox bukan berarti menjauh, melainkan memberi ruang untuk jiwamu bernapas.
Saat kamu tulus memberi selamat, hatimu perlahan akan terasa ringan. Coba ucapkan, “Aku bangga banget sama kamu,” meski sedikit canggung di awal. Mendukung orang lain justru memperkuat rasa percaya diri kita, karena kita sadar: kebahagiaan orang lain tidak mengurangi kebahagiaan kita.
Setiap kali rasa iri datang, lawanlah dengan rasa syukur. Ingat kembali hal-hal yang sudah kamu miliki. Lalu, berikan sedikit kelembutan pada dirimu sendiri. Kamu sedang belajar, kamu sedang tumbuh. Itu sudah cukup.
Persahabatan sejati bukan tentang siapa yang lebih dulu sukses, melainkan tentang siapa yang bisa tetap saling mendukung di setiap fase kehidupan. Jadi, saat rasa iri datang lagi, sambutlah dengan kesadaran, bukan penolakan karena terkadang, iri hanya tanda bahwa kamu juga punya impian besar yang menunggu diwujudkan. (MW)