JAKARTA (Lensametro.com) – Pertunjukan teater “Imam Al-Bukhari dan Sukarno” menuai pujian dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Ia menilai pementasan tersebut berhasil menggambarkan kekuatan kolaborasi budaya antara Indonesia dan Uzbekistan, sekaligus mempererat hubungan historis kedua negara.
Pementasan yang berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa malam (15/4), digarap oleh Yayasan Bumi Purnati bersama Teater Katakkurgan dari Uzbekistan. Kisahnya menampilkan pertemuan simbolik dua tokoh besar lintas zaman dan budaya—Imam Al-Bukhari dan Presiden Soekarno—yang mencerminkan semangat keilmuan dan perjuangan.
“Pertunjukan ini luar biasa. Ia menjadi jembatan budaya yang menyambungkan Indonesia dan Uzbekistan, dua bangsa yang punya kedekatan sejarah dan nilai,” ujar Fadli Zon dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/4).
Ia juga menyinggung kunjungan bersejarah Bung Karno ke makam Imam Al-Bukhari pada 1956 sebagai tonggak diplomatik penting yang kini dihidupkan kembali lewat panggung teater.
Pertunjukan ini merupakan kelanjutan dari tiga pementasan yang lebih dulu digelar di Uzbekistan pada 2024. Fadli berharap semangat kerja sama antarbangsa ini terus dirawat dan diperkuat melalui seni dan budaya yang mampu membangun pemahaman lintas generasi.
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, turut hadir menyaksikan pementasan dan menyampaikan apresiasinya kepada para seniman dari kedua negara. Ia menyebut pertunjukan tersebut sebagai “jembatan sejarah dan perasaan”.
Megawati juga memberikan pujian khusus kepada penulis naskah Ahmad Fauzi dan Valikhon Umarov, yang menurutnya telah menulis sejarah dengan “tinta seni dan jiwa”.
Sementara itu, Duta Besar Uzbekistan untuk Indonesia, Oybek Eshonov, menegaskan bahwa Presiden Soekarno merupakan pemimpin asing pertama yang menziarahi makam Imam Al-Bukhari. Momen itu menjadi pondasi kuat dalam membangun persahabatan kedua negara hingga kini.
Acara ini turut dihadiri sejumlah tokoh nasional seperti Gubernur DK Jakarta Pramono Anung, Rano Karno, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Ganjar Pranowo, dan Andika Perkasa. Pertunjukan teater ini diharapkan mampu memperkuat pemahaman akan sejarah, nilai-nilai Islam yang inklusif, serta peran penting budaya dalam diplomasi antarbangsa. [LM]