Lensametro.com — Beberapa waktu lalu, saya mendengar cerita tentang seorang teman yang tiba-tiba dihubungi orang asing. Mereka tahu di mana dia tinggal, siapa keluarganya, bahkan kebiasaan hariannya. Setelah ditelusuri, ternyata semua informasi itu dia bagikan sendiri di media sosial—tanpa sadar. Saat itu, saya baru benar-benar paham, betapa rapuhnya privasi kalau kita lengah di dunia maya.
Nah, kalau kamu aktif di media sosial, artikel ini bisa jadi “rem tangan” sebelum terlalu jauh berbagi. Yuk, kita bahas satu per satu.
Kamu enggak perlu menceritakan semua detail hidup di dunia maya. Simpan informasi penting, seperti alamat rumah, nomor telepon, atau data keluarga. Prinsipnya sederhana: share less, live more. Lebih sedikit yang kamu bagikan, makin kecil pula peluang orang lain menyalahgunakannya.
Setiap platform punya fitur privacy settings yang bisa kamu manfaatkan. Misalnya, hanya teman tertentu yang bisa melihat foto atau statusmu. Kalau perlu, buat dua akun: satu untuk lingkaran dekat, satu lagi untuk publik. Ini membantu memisahkan dunia pribadi dan sosial.
Jangan malas membuat kata sandi yang rumit. Gunakan kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol. Hindari tanggal lahir atau nama hewan peliharaan. Lebih baik lagi, gunakan password manager supaya enggak lupa.
Fitur two-factor authentication menambah lapisan keamanan ekstra. Jadi, meskipun kata sandimu bocor, peretas tetap butuh kode verifikasi yang hanya kamu punya. Banyak kasus peretasan yang sebenarnya bisa dihindari kalau fitur ini diaktifkan.
Kalau menerima pesan atau email mencurigakan, jangan langsung klik tautannya. Lihat dulu alamat pengirim dan perhatikan ejaan. Penipu sering memancing rasa penasaran atau panik supaya kamu lengah.
Coba ketik namamu di Google dan lihat apa saja yang muncul. Kalau ada postingan lama yang berisiko, hapus atau sembunyikan. Ingat, jejak digital itu seperti tato—sulit dihapus, jadi pikirkan baik-baik sebelum membagikan sesuatu.
Memang praktis, tetapi risiko membagikan data ke pihak ketiga juga besar. Lebih aman kalau membuat akun baru dengan email khusus.
Wi-Fi gratis di kafe memang menggoda, tetapi rawan pencurian data. VPN membantu mengenkripsi koneksimu sehingga lebih aman. Pilih layanan VPN yang tepercaya, bukan yang abal-abal.
Mengunggah lokasi saat masih di tempat itu bisa memberi tahu orang asing di mana kamu berada. Lebih aman kalau mempostingnya setelah pulang atau meninggalkan lokasi.
Menjaga privasi digital bukan berarti kamu harus menutup diri dari media sosial. Intinya, tetap nikmati dunia maya, tetapi dengan rem yang terpasang. Ingat, sekali informasi tersebar, sulit untuk menariknya kembali. Jadi, jaga privasimu seperti kamu menjaga kunci rumah sendiri. [LM]