Sejarah Neglasari: Dari Sewan Parung Kuda Menjadi Wilayah Penuh Harapan

Redaksi Lensametro
23 Okt 2025 21:01
2 menit membaca

KOTA TANGERANG (Lensametro.com) – Nama Neglasari kini akrab di telinga sebagai salah satu kecamatan dan kelurahan di Kota Tangerang. Di balik nama yang terdengar manis itu, tersimpan kisah panjang tentang perubahan nama dan makna historis yang merefleksikan harapan masyarakatnya. Fakta menarik ini terungkap dalam buku Melacak Asal Muasal Kampung di Kota Tangerang karya Burhanudin.

Dalam catatan sejarah yang dikutip dari buku tersebut, wilayah yang kini bernama Neglasari dulunya dikenal dengan sebutan Sewan Parung Kuda. Nama lama itu kemudian diganti karena dianggap memiliki konotasi kurang baik oleh masyarakat setempat.

“Perubahan nama tersebut kemudian diperkuat saat wilayah ini resmi menjadi Kecamatan Neglasari pada tahun 2000. Pembentukan kecamatan baru ini mencakup beberapa kelurahan yaitu di antaranya Neglasari, Karang Sari, Selapajang Jaya, Kedaung Wetan, Mekar Sari, Karang Anyar dan Kedaung Baru,” tulis Burhanudin dalam bukunya.

Pemilihan nama Neglasari bukan tanpa pertimbangan. Menurut Burhanudin, keputusan tersebut merupakan hasil kesepakatan para tokoh masyarakat dengan satu harapan besar: agar wilayah ini dapat berkembang dan sejajar dengan kecamatan lainnya di Kota Tangerang.

Secara administratif, pilihan itu juga didukung oleh fakta bahwa kantor Kapermat (Kepala Pemerintahan Marga) saat itu berada di Kelurahan Neglasari.

Sementara itu, Jahiri (72), salah satu tokoh masyarakat setempat, menjelaskan bahwa asal-usul nama Neglasari berasal dari bahasa Sunda.

“Kata ‘Negla’ diartikan sebagai nyata, kelihatan atau jelas. Dahulu, kampung ini, yang masih berbentuk bulakan (daratan dekat sungai yang sering tergenang), tampak jelas terlihat dari seberang Sungai Cisadane, sehingga awalnya dikenal sebagai ‘Kampung Negla’. Sementara itu, kata ‘Sari’ memiliki arti manis,” katanya.

Gabungan kedua kata itu melahirkan makna mendalam. Neglasari berarti kampung yang terlihat jelas dan membawa kebaikan, manis, serta kenyamanan bagi penduduknya. Penambahan kata “sari” secara khusus mencerminkan harapan agar wilayah ini senantiasa memberi kebaikan dan kenikmatan bagi seluruh warganya.

Kisah Neglasari menjadi pengingat bahwa sebuah nama bukan sekadar identitas geografis, tetapi juga doa, sejarah, dan cerminan semangat kolektif warganya untuk masa depan yang lebih baik. [LM]