Oleh Yani Suryani (Pegiat Literasi)
Tahun 2025 kata efisiensi akan selalu banyak diucapkan dan menjadi trend. Efisiensi banyak dijadikan sebuah hal yang penting sebagai salah satu jalan untuk melangsungkan program pemerintah agar tetap dan terus berjalan. ChatGPT menjelaskan efisiensi adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan penggunaan sumber daya alam yang minimal, baik itu waktu, tenaga atau biaya. Dalam konteks ekonomi dan manajemen efisiensi berarti melakukan sesuatu dengan cara yang paling hemat dan efektif tanpa mengorbankan kualitas.
Berbicara efisinsi memang adalah hal yang sangat baik, menjalankan semua program untuk memaksimalkan hasil dengan meminimalkan penggunaan sumber daya. Intinya perlu kerja keras lebih dari aktivitas yang dilakukan. Bisa jadi kata hemat adalah hal yang dapat disepadankan dengan efisiensi tersebut.
Diwaktu yang sama pemerintah yang sudah dilantik dengan semangat menjalankan sebuah program unggulan yang saat kampanye sudah sering kita dengar yaitu MBG (Makan Bergizi Gratis). Makan Bergizi Gratis bagi usia sekolah merupakan program yang harus dilaksanakan dan sepertinya merupakan program yang akan kejar tayang di awal tahun masa kerja pemerintah saat ini. Di sisi lain kebijakan makan sehat bergiji ini tidak sejalan dengan apa yang terjadi di lapangan. Pemututusan hubungan kerja yang terjadi, di beberapa perusahaan akan menambah daftar pengangguran yang ada. Padahal jika kita cermati makan bergizi geratis yang menjadi program unggulan pemerintah saat ini akan tidak sejalan jika akhirnya anak justru tak mendapatkan makan yang sehat karena imbas dari orang tua yang tidak memiliki pekerjaan. Bukankah sulitnya mencari pekerjaan di negeri ini memang terjadi. Hingga tak aneh jika banyak orang yang akhirnya lebih memilih bekerja di luar negeri sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan baik untuk dirinya mau pun keluarga. Jadi kewajiban yang seharusnya adalah pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya sedangkan untuk masalah makan berikan wewenang itu pada keluarga.Di saat yang sama para pekerja asing banyak berdatangan ke negeri ini untuk bekerja. Orang tua dan hal menyediakan makanan yang sehat dan bergizi akan mampu asalkan mereka memiliki uang. Ironis sungguh yang terjadi saat ini.
Belum lagi korupsi yang sudah menggila di negeri ini betapa akhirnya kita menyaksikan aksi para pejabat yang seolah tak tau malu dan sudah menjadi lingkaran setan yang menggurita. Kasus timah, Pertamax, Antam merupakan korupsi yang luar biasa besar baru-baru ini. Belum lagi kasus-kasus yang tenggelam dan sengaja ditenggelamkan.
Jika efisiensi ini dimaksudkan untuk sebuah kemajuan dan kesejahteraan pasti rakyat pun akan bisa menerima. Efisiensi ini seolah untuk rakyat tapi tidak untuk pejabat. Sejarah banyak mengisahkan betapa banyak para pemimpin dalam sistem pemerintahan Islam yang akhirnya hidupnya jauh dari kata mewah, walaupun melimpah harta dan kekayaannya. Bagaimana Amirul Mu’minim Umar bin Khottob yang rela menahan lapar demi rakyat dan rela untuk menunda makan hanya karena tidak mau jika mendapati rayatnya yang lapar sedangkan pemimpinnya kenyang.
Jika Efisiensi dilakukan untuk seluruh elemen, baik untuk rakyat dan juga pejabat, justru akan lebih terlihat hasil dan mamfaatnya. Namun kata efisiensi akan jauh hasilnya Jika kita masih mempertahankan aturan buatan manusia. Kata adil akan jauh dapat diharapkan dan dirasakan. Efisiensi tidak akan berefek maksimal. Lalu sesungguhnya efisiensi itu maknanya apa? Dan untuk siapa? [LM]