JMSI dan Booknesia Jalin Kemitraan, Dukung Buku Sebagai Mahkota Wartawan

Redaksi
1 Mar 2025 16:46
3 menit membaca

JAKARTA (Lensametro.com) – Organisasi perusahaan pers Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan penerbitan Booknesia untuk menerbitkan buku yang diproduksi JMSI di seluruh Indonesia. Melalui kerja sama ini, setiap pengurus daerah JMSI ditargetkan dapat menerbitkan setidaknya satu buku setiap tahun.

Program penerbitan buku ini sudah dijalankan oleh JMSI Kepulauan Riau yang baru saja meluncurkan buku berjudul Catatan Pelajar tentang Bahaya Narkoba, yang merupakan kumpulan tulisan siswa SMA di Kepulauan Riau dalam program workshop Ayo Jadi Penulis.

MoU antara JMSI dan Booknesia ditandatangani di Hall Dewan Pers, Jakarta, pada Selasa (18/2/2025). Dalam waktu dekat, kedua belah pihak akan mulai menyosialisasikan program ini ke seluruh pengurus daerah JMSI.

“Sosialisasi ini menindaklanjuti MoU yang telah ditandatangani pada Selasa, 18 Februari 2025,” ujar General Manager Booknesia, Yayat R. Cipasang.

Penandatanganan MoU ini bertepatan dengan peluncuran buku Reunifikasi Korea: Game Theory, karya Ketua Umum JMSI Teguh Santosa, yang diangkat dari disertasinya di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Teguh menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Penulis Indonesia Pertama Buku Reunifikasi Korea”. Ini merupakan rekor MURI kedua yang ia raih setelah sebelumnya menerima penghargaan serupa untuk buku kumpulan wawancara dengan duta besar negara sahabat di Jakarta.

Penandatanganan MoU ini disaksikan oleh Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Jakarta Hikmat Kurnia. Booknesia sendiri merupakan anggota IKAPI Jakarta dengan nomor anggota 632/DKI/2023.

Peluncuran buku tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh, seperti Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng, Komisaris PT PLN Andi Arief, Staf Khusus Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Abdullah Rasyid, serta tokoh nasional Syahganda Nainggolan, Adhie Massardi, dan Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya.

Dalam rangka menyukseskan program ini, Booknesia akan mengadakan pelatihan penulisan buku yang mencakup pemilihan tema, proses penulisan, penyuntingan, tata letak, hingga penerbitan. Pelatihan ini dapat dilakukan secara daring maupun luring.

Yayat berharap agar para jurnalis yang tergabung dalam JMSI memiliki keterampilan menulis buku sebagai bentuk refleksi diri di tengah dinamika berita yang serba cepat.

“Saya berharap para jurnalis dalam naungan JMSI memiliki tradisi menulis buku. Menulis buku bisa menjadi ajang bagi wartawan untuk rehat sejenak, berkontemplasi, serta mengasah pisau analisis, imajinasi, dan narasi mereka,” katanya.

Menurutnya, jumlah jurnalis yang menulis buku saat ini masih sangat sedikit. Padahal, jurnalis terdahulu tidak hanya bekerja sebagai wartawan tetapi juga menulis buku, karya sastra, dan bahkan menjadi budayawan.

“Sekarang sulit menemukan jurnalis seperti Adinegoro yang menulis perjalanannya ke Eropa, Mochtar Lubis yang banyak menulis novel, atau Salim Said yang menulis buku tentang militer,” ujar Yayat.

Teguh Santosa sendiri merupakan salah satu dari sedikit jurnalis yang aktif menulis buku, terutama dalam bidang reportase perjalanan, liputan konflik, serta wawancara dengan duta besar negara sahabat.

“Dari program ini, saya berharap lahir penulis buku dengan spesialisasi masing-masing. Setiap daerah memiliki potensi dan keunggulan tersendiri, dan Booknesia siap memfasilitasi semuanya,” pungkas Yayat.

Sementara itu, Teguh Santosa mengajak seluruh pengurus daerah JMSI untuk menyambut program ini dengan antusias.

“Banyak hal yang dapat ditulis dari daerah kita masing-masing,” ujarnya.

Selain itu, ia menambahkan bahwa kemitraan JMSI dengan Booknesia juga dapat membantu wartawan yang ingin mengikuti program akselerasi Uji Kompetensi Wartawan (UKW). [LM]