Kab. Tangerang-, Pegiat lingkungan hidup Ahmad Romdoni mendorong partisipasi politik kaum muda. Hal itu, kata dia, karena semua aspek dalam kehidupan, termasuk soal lingkungan hidup, tidak akan bisa lepas dari dimensi politik.
Pernyataan itu disampaikan Ahmad Romdoni saat menjadi pemateri pada Diskusi Lingkungan Hidup dengan tema ‘Bersama Menjaga Bumi, Aksi Nyata untuk Masa Depan Berkelanjutan’ yang diselenggarakan Garda Madani Ad-Dakwah Center (GMAC) bersama lintas komunitas pegiat dan pecinta alam di Saung GMAC di Kampung Panameng, Desa Jengkol, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Sabtu (14/6/2025) malam.
Doni, sapaan akrab Ahmad Romdoni, juga menjelaskan, apatisme politik masyarakat, terutama kaum muda, menjadi celah atau peluang lahirnya kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat dan jauh dari konsep berwawasan lingkungan.
Doni mencontohkan, tentang analisis masalah dampak lingkungan atau amdal. Saat ini, kata dia, amdal hanya dijadikan pelengkap, bukan penghambat. Padahal, lanjut dia, amdal adalah cara alam semesta menghambat pembangunan.
“Namun karena kaum muda tidak peduli politik, akhirnya lahir pemimpin jahat dan bodoh. Sehingga dapat dikatakan, apatisme politik kaum muda adalah salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup,” ucap Doni.
Doni yang juga aktif meneliti tentang desa juga mengatakan, pembicaraan tentang lingkungan hidup masih bersifat elitis. Paradigma etika lingkungan, dia berujar, masih sepi pembahasan. Sehingga banyak kebijakan yang merusak lingkungan namun luput dari pengamatan.
Selain itu, minimnya kepedulian terhadap lingkungan hidup juga disebabkan karena masih tingginya angka kemiskinan. Doni menyitir teori Abraham Maslow yang menyebut, kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis.
“Kalau perut masih lapar, orang tidak peduli keamanan, apalagi peduli lingkungan. Pemerintah harus hadir memberikan infrastruktur alternatif agar masyarakat bisa berdaya,” terang Doni.
Pemateri lain adalah Sekretaris Lesbumi Kabupaten Tangerang, Kang Encek. Dia mengatakan, perlawanan terhadap kegiatan perusakan lingkungan seperti yang terjadi di pesisir Tangerang Utara tentang pemagaran laut harus terus digemakan. Encek menjelaskan, perusakan lingkungan hidup hanya akan mencerabut masyarakat dari akar kehidupan.
“Hal itu berbahaya karena akan membuat rakyat semakin menderita akibat pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan,” ucap Encek.
Hal senada disampaikan akademisi Kabupaten Tangerang Egi. Dia menuturkan, perusakan laut di pesisir Tangerang Utara akan berdampak buruk. Sebab, nelayan akan semakin jauh dan sulit mencari ikan. Akibatnya, harga jual ikan melambung tinggi.
“Ujungnya, beban hidup masyarakat akan semakin berat karena biaya hidup makin tinggi,” ucap dia.
Dalam pernyataan penutup, ketiga pemateri sepakat bahwa perlawanan terhadap aktivitas perusakan lingkungan harus dilawan. Ketiganya juga sepakat bahwa kaum muda harus memiliki nalar kritis, mengaktifkan akal sehat, dan tidak anti politik. (Dn).