Aksi Mahasiswa di Depan Kantor Walikota Cilegon Berujung Bentrok

CILEGON; LENSAMETRO— Ratusan mahasiswa dari berbagai elemen organisasi ektra kampus  menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Walikota Cilegon, Kamis (20/02/2020).

Aksi aliansi mahasiswa Kota Cilegon tersebut berujung bentrok dengan aparat kepolisian.

Kericuhan bermula, ketika mahasiswa memblokade jalan dengan membawa keranda mayat dan membakar perangkat aksi dan ban.

Pihak kepolisian yang berada di lokasi tak tinggal diam dan mencoba mematikan api yang dibakar mahasiswa. Tak ayal terjadi bentrok dan dua mahasiswa diangkut polisi ke Mapolres Cilegon. Namun, selang beberapa saat keduanya dibebaskan.

Koordinator Aksi Sabawi mengatakan, aksi yang melibatkan berbagai mahasiswa seperti GMNI, PMII, ICM, HMI dan berbagai aliansi lainnya mendesak agar Pemkot Cilegon dibawa kepemimpinan Edi Ariadi-Ratu Ati Marliati pro terhadap rakyat.

“Ada 13 tuntutan kami terhadap pasangan Edi-Ati selama memimpin Kota Cilegon,” ujar Sabawi.

Tiga belas tuntutan tersebut kata Sabawi doantaranya yakni mendesak Walikota dan Wakil Walikota Cilegon menuntaskan Visi-Misi yang tertuang dalam RPJMD Kota Cilegon 2016-2021, mendorong optimalisasi Balai Latihan Kerja (BLK) dengan melengkapi sarana dan prasarana penunjang pelatihan serta menyiapkan infrastruktur atau tenaga pengajar berkualitas. Memperhatikan kesejahteraan buruh, petani dan nelayan.

“Wali Kota harus berani menindak tegas perusahaan yang merusak lingkungan dan merekrut tenaga kerja asing yang tidak memiliki legalitas dan keahlian,” tegasnya.

Selain itu, mahasiswa mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang revisi Perda RTRW dan melaksanakan Reforma agraria sejati sesuai UUPA No 5 tahun 1960.

“Persoalan banjir di Kota Cilegon harus segera dituntaskan,” tegasnya.

Aliansi mahasiswa tersebut menyayangkan sikap Walikota Cilegon dan Wakilnya tidak menemui massa aksi. “Dari jam 2 siang sampai jam 4 sore. Walikota Cilegon tak kunjung datang menemui kami. Jadi kawan kawan lampiaskan kekesalan dengan membakar ban,” katanya.

Selain membakar ban,  di tengah-tengah aksi, mahasiswa melakukan teatretikal dengan berperan sebagai pocong dan membawa keranda mayat pertanda matinya demokrasi di Kota Cilegon. (wan/joe)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *