banner 970x250
banner 970x250

banner 970x250

Kelasi Besi Belum Ditanggung BPJS, POPTI Tangsel Sampaikan Aspirasi ke Gubernur

Atma (Lensametro.com)
5 Agu 2025 20:41
3 menit membaca

SERANG (Lensametro.com) – Pemerintah Provinsi Banten berkomitmen memperkuat layanan kesehatan, khususnya bagi penderita thalasemia yang jumlahnya terus meningkat. Hal ini ditegaskan Gubernur Banten Andra Soni saat menerima kunjungan Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI) Cabang Kota Tangerang Selatan di Gedung Negara Provinsi Banten, Selasa (5/8/2025).

Dalam audiensi itu, para orang tua menyampaikan berbagai aspirasi terkait penanganan penderita thalasemia yang selama ini sudah berjalan, tetapi masih membutuhkan banyak perbaikan.

“Ibu-ibu orang tua penderita thalasemia menyampaikan aspirasi penanganan penderita thalasemia di Provinsi Banten,” ungkap Andra Soni.

Ia mengapresiasi perjuangan para penderita thalasemia yang disebutnya sebagai pejuang kehidupan. Menurutnya, penanganan yang selama ini sudah berlangsung di rumah sakit milik Pemprov Banten akan terus ditingkatkan.

“Alhamdulillah selama ini penanganan sudah berjalan. Dalam perkembangannya tentu banyak hal-hal yang perlu diperbaharui dan ditingkatkan,” tambahnya.

Andra menegaskan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk BPJS Kesehatan, agar penanganan penderita thalasemia bisa lebih optimal.

“Penderita thalasemia juga membutuhkan perhatian karena mereka juga adalah pejuang kehidupan. Kita harus bisa bersama-sama membantu, termasuk dengan BPJS Kesehatan,” ucapnya.

Ia juga mendorong agar rumah sakit lain di luar milik pemerintah provinsi turut serta dalam memberikan pelayanan bagi penderita thalasemia.

Ketua POPTI Cabang Kota Tangsel, Rahma Fari, menyampaikan apresiasi atas kesediaan Gubernur Banten menerima langsung aspirasi mereka. Ia mengakui pelayanan bagi penderita thalasemia selama ini sudah baik, tetapi ada satu kebutuhan penting yang belum terpenuhi.

“Pelayanan terhadap penderita thalasemia selama ini sudah baik, namun ada harapan yang belum terealisasi yakni pemberian kelasi besi yang dikonsumsi penderita thalasemia seumur hidup,” ujar Rahma.

Menurutnya, kelasi besi tersebut hingga kini belum ditanggung oleh BPJS Kesehatan, terutama di rumah sakit tipe B.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti, menambahkan bahwa kasus thalasemia cenderung meningkat, baik secara nasional maupun di Banten. Saat ini, tercatat ada 835 penderita thalasemia di provinsi tersebut.

Ia mengungkapkan, tantangan terbesar dalam pelayanan thalasemia adalah keterbatasan dokter spesialis darah dan belum meratanya layanan thalasemia di seluruh rumah sakit.

“Dari 135 rumah sakit yang ada di Banten, hanya 20 rumah sakit yang dapat memberikan penanganan thalasemia, dan hanya 14 yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan,” jelas Ati.

Merespons arahan Gubernur, Dinas Kesehatan Banten pun mendorong semua rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, untuk berkontribusi dalam penanganan dan pencegahan thalasemia.

“Dalam upaya preventif, para calon pengantin harus cek kesehatan. Kalau kedua orang tua pembawa sifat, otomatis anaknya menderita thalasemia mayor. Akan memerlukan transfusi darah setiap saat seumur hidupnya,” jelasnya.

“Cek kesehatan calon pengantin penting untuk generasi penerus bangsa,” pungkas Ati. [LM]