Tantangan AI di Dunia Jurnalistik: SEMISTIK 2025 Bahas Peluang dan Ancaman Teknologi Cerdas

Redaksi
23 Feb 2025 09:29
2 menit membaca

KAB. TANGERANG (Lensametro.com) – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Unit Kegiatan Jurnalistik Universitas Muhammadiyah Tangerang (UKM Jurnalistik UMT) berhasil menyelenggarakan SEMISTIK 2025 (Semarak Kompetisi Jurnalistik) yang mengangkat tema menarik, “AI dalam Jurnalisme: Masa Depan atau Ancaman?”. Acara ini digelar pada Sabtu (22/2/2025) di Aula Jenderal Sudirman dan diikuti oleh 107 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan jurnalis muda.

SEMISTIK 2025 tidak hanya menyajikan kompetisi jurnalistik yang meliputi lomba News Anchor, Fotografi, dan Artikel Opini, tetapi juga seminar yang membahas peran kecerdasan buatan (AI) dalam dunia jurnalistik. Narasumber ahli, Apni Jaya Putra dari TV One, turut berbagi wawasan tentang teknologi yang semakin memengaruhi industri media ini.

Ketua Pelaksana SEMISTIK 2025, Hayatun Nufus, mengungkapkan kekhawatiran banyak pihak mengenai potensi dampak negatif AI dalam jurnalisme. Salah satunya, ancaman kehilangan pekerjaan bagi jurnalis manusia akibat otomatisasi. “Dalam seminar ini, kami ingin menggali lebih dalam pemahaman tentang AI. Apakah AI ini adalah masa depan yang harus kita sambut, atau justru ancaman bagi profesi jurnalis?” katanya.

Pembina UKM Jurnalistik UMT, Korry Elyana, juga menyoroti penggunaan teknologi AI di kalangan mahasiswa, yang semakin marak dalam menyelesaikan tugas kampus. “Tidak jarang mahasiswa mengandalkan AI untuk copy paste tugas mereka. Teknologi ini memang memanjakan, tetapi kita harus berhati-hati,” ungkapnya. Ia berharap, melalui SEMISTIK 2025, mahasiswa dapat memahami penggunaan AI secara bijak dan bertanggung jawab, sehingga teknologi ini tidak justru membuat mereka malas berpikir kritis.

Di sisi lain, Penasehat PWI Kabupaten Tangerang, Endang Jaya Permana, menegaskan bahwa disrupsi teknologi seperti AI membawa perubahan besar, baik positif maupun tantangan. “Teknologi seperti AI adalah alat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Namun, teknologi ini tidak bisa menggantikan peran jurnalis dalam menyampaikan informasi yang berkualitas dan relevan,” ujarnya.

Endang juga mengingatkan bahwa meskipun AI dapat mengakses informasi dengan cepat, teknologi ini memiliki kelemahan dalam aspek moralitas dan etik. “AI bisa saja memberikan informasi yang benar secara logika, tetapi belum tentu sesuai dengan nilai kemanusiaan. Penggunaannya harus bijaksana agar dapat bermanfaat, jika tidak, bisa menjadi ancaman yang ‘membunuh’ kehidupan,” pungkasnya.

Rektor UMT, Desri Arwen, yang diwakili oleh Sukron, mendukung penuh kegiatan SEMISTIK 2025 dan mendorong mahasiswa untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dalam mengadaptasi teknologi seperti AI. “Mahasiswa harus memperkuat literasi digital mereka, memahami dan menyaring informasi yang berkembang di dunia maya, serta mengetahui mana konten yang positif dan bermanfaat,” ucapnya.

SEMISTIK 2025 ini bukan hanya menjadi wadah kreativitas bagi mahasiswa, tetapi juga sebagai langkah penting untuk menyongsong masa depan jurnalisme yang semakin dipengaruhi oleh teknologi canggih seperti AI. [LM]