Maksiat Membuat Hidup Terasa Berat

Redaksi Lensametro.com
30 Apr 2025 12:10
4 menit membaca

Oleh: Erna Ummu Aqilah

Memiliki kehidupan bahagia, serba kecukupan, badan sehat, lingkungan nyaman, merupakan impian setiap insan manusia. Faktanya saat ini tidaklah mudah untuk mewujudkan impian itu.

Dalam kondisi ekonomi negara yang tidak kondusif, memaksa kita mengubur dalam-dalam impian sederhana ini. Sulitnya mencari pekerjaan, banyaknya pengangguran, tingginya biaya hidup mulai dari harga kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, pajak, hingga keamanan, memaksa kita berfikir keras agar tetap bisa bertahan hidup dalam situasi saat ini.

Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam. Namun adanya sekulerisme, memaksa kita jauh dari ajaran agama. Setiap perbuatan tidak lagi bersandar pada halal dan haram, akan tetapi lebih berorientasi pada keuntungan materi belaka.

Tak ayal jika masyarakat saat ini menjadikan materi sebagai tujuan utamanya. Sebab beranggapan bahwa kebahagiaan adalah dengan diraihnya materi sebanyak banyaknya, bukan lagi ridha Allah Swt. Sehingga akan melakukan berbagai macam cara agar bisa terpenuhi semua ambisinya.
Semua ini terjadi akibat dari dua faktor pemicunya, yakni faktor internal dan eksternal.

Faktor internal, lemahnya iman mulai dari individu di dalam keluarga membuat kita, gagal dalam membangun rumah tangga yang kokoh. Sehingga pemimpin rumah tangga kehilangan arah dalam menjalankan bahtera. Jika sudah demikian, ketika keluarga mengalami sedikit goncangan, akan kesulitan mencari pegangan sehingga bahtera akan terombang-ambing bahkan tenggelam.

Faktor eksternal, yakni lingkungan dan negara.
Lingkungan saat ini cenderung cuek terhadap masyarakat di sekitarnya. Mereka beranggapan itu bukanlah menjadi urusannya, yang penting tidak merugikan saya. Jika sudah begini, rasa saling empati, peduli terhadap sesama semakin jauh terasa.

Faktor negara, lemahnya sistem membuat negara sulit melindungi rakyatnya. Negara gagal mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Kesenjangan sosial, lemahnya penegakan hukum, memicu sebagian orang melakukan tindak kriminal demi memenuhi kebutuhannya. Tak kalah penting pendidikan yang tidak jelas arah dan tujuannya, menghasilkan generasi yang rapuh, fomo, tidak memiliki kecerdasan dan daya saing. Jika sudah demikian bagaimana negara mampu mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat luas.

Kesejahteraan dalam sistem kapitalis sekuler hanya mimpi belaka. Manusia mencampakkan aturan Tuhannya, sehingga berlomba-lomba membuat aturan sesuai keinginannya. Padahal manusia itu mahluk lemah, serba terbatas dan cenderung mengedepankan hawa nafsunya. Kalau sudah demikian, tentu kekacauanlah yang akan didapatkan.

Berbeda dengan diterapkannya sistem Islam. Sebab Islam merupakan agama sempurna, yang mengatur berbagai aspek kehidupan, mulai masalah masuk kamar mandi, hingga urusan negara. Sebab bersumber dari dzat yang maha kuasa, yakni Allah Swt.

Dalam sistem Islam, semua aturan yang ditetapkan oleh negara bersumber dari syariat yang mulia. Sebab Allah telah menciptakan dunia beserta isinya, juga disertai aturannya. Sehingga semua akan berjalan sebagaimana mestinya.

Negara melarang kepemilikan umum dikelola atau dikuasai oleh individu, swasta maupun asing. Karenanya negara akan mengelolanya demi kesejahteraan rakyatnya.
Sehingga rakyat dapat memenuhi kebutuhan pokok dengan mudah dan murah sekaligus berkualitas.

Selain itu, pendidikan berbasis akidah juga akan menghasilkan generasi yang tangguh, cerdas, cakap juga berakhlak mulia. Sehingga mereka akan menjadi generasi penerus bangsa yang senantiasa menjaga negara dengan jiwa raganya atas dasar ketaatan kepada Allah Swt.

Dalam Islam negara akan memastikan setiap per individu rakyatnya, mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan sebaik-baiknya. Karenanya negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Agar para pemimpin keluarga mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarganya.

Negara yang menerapkan syari’at Islam, akan mampu membangun lingkungan yang aman, nyaman tentram sekaligus mengedepankan dakwah amal ma’ruf nahi mungkar, semata-mata atas dasar ketaatan kepada Allah Swt.

Jika mulai dari keluarga, lingkungan, hingga negara berjalan sesuai syariat Allah Swt, niscaya keberkahan dari langit dan bumi akan tercurah pada kita semua. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Qur’an Surat Al-A’raf ayat 96:

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.(Qs Al-A’raf 96).

Masih ragukah kita dengan janji Allah? Apa karena kesombongan sehingga membuat kita terus mempertahankan hukum jahiliah ini? Semoga kita semua sadar dan mau kembali kepada syari’at Allah Swt aamiin. Wallahu alam bishshawwab. [ ]