Lensametro.com — Beberapa waktu lalu, berita tentang arisan online bodong kembali mencuat. Seorang ibu rumah tangga di Surabaya kehilangan lebih dari Rp15 juta setelah tergiur janji keuntungan besar dari “admin arisan” yang tampak ramah dan meyakinkan di grup WhatsApp. Ia baru sadar telah ditipu ketika admin itu tiba-tiba menghilang, dan semua anggota grup dikeluarkan satu per satu.
Kisah seperti ini sayangnya bukan hal baru. Di dunia digital yang serba cepat, penipu semakin lihai memanfaatkan celah kepercayaan dan kelemahan emosional. Apalagi bagi kamu, para ibu rumah tangga yang aktif di media sosial dan sering berbelanja online. Nah, supaya kamu enggak ikut jadi korban, yuk kenali 7 tanda bahaya penipuan online yang sering menjebak ibu rumah tangga berikut ini.
Kalau ada toko online yang menjual iPhone seharga Rp1 juta, kamu patut curiga. Penipu sering memancing korban dengan harga supermurah agar cepat tergoda. Banyak kasus terjadi di media sosial atau marketplace palsu yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Ingat, harga yang terlalu indah biasanya hanya umpan.
Akun media sosial yang baru dibuat tapi penuh testimoni positif patut diwaspadai. Banyak penipu membeli akun lama atau membuat testimoni palsu menggunakan akun bot. Coba cek foto profil pengikutnya, tanggal pembuatan akun, dan gaya bahasa komentar—biasanya tampak janggal atau seragam.
Modus ini sering banget terjadi. Penipu mengaku sebagai petugas PLN, pegawai bank, bahkan dari kementerian. Mereka akan memintamu memberikan OTP atau data rekening. Padahal, lembaga resmi tidak pernah meminta data pribadi melalui pesan pribadi atau telepon. Kalau ragu, hubungi langsung layanan resmi perusahaan tersebut.
“Selamat! Kamu menang undian Rp50 juta dari Tokopedia!” — pesan seperti ini pernah viral dan membuat banyak orang tertipu. Penipu biasanya menyertakan link palsu yang mencuri data pribadi. Ingat, perusahaan resmi tidak akan meminta biaya administrasi untuk hadiah. Kalau kamu harus bayar dulu, itu pasti tipu-tipu.
Modus paling klasik, tapi tetap ampuh. Penipu meminta kamu transfer uang muka untuk barang yang belum jelas wujudnya. Seperti kasus Ny. Sari di Bekasi, yang kehilangan Rp3 juta setelah membeli blender dari toko online palsu. Setelah transfer, nomor penjual langsung tidak aktif.
“Segera kirim sekarang, kalau enggak nanti hadiahnya hangus!” — kalimat seperti ini sengaja dibuat untuk membuat kamu panik. Penipu tahu bahwa orang yang terburu-buru sering membuat keputusan salah. Jadi, kalau ada yang mendesak seperti itu, tarik napas dulu, jangan langsung percaya.
Ciri paling mencurigakan dari penipu adalah enggan menunjukkan wajah atau identitas. Mereka menolak video call, selalu punya alasan sibuk, atau minta komunikasi hanya lewat chat. Dalam kasus arisan online palsu, hal ini sangat sering terjadi. Jika orangnya betul-betul jujur, seharusnya tidak keberatan bertemu secara virtual.
Selalu cek dua kali sebelum mengirim uang atau data pribadi. Gunakan rekening bersama, baca ulasan toko, dan jangan ragu bertanya pada teman atau keluarga sebelum mengambil keputusan. Dunia digital memang memudahkan, tetapi juga menuntut kita lebih cerdas dan hati-hati.
Ingat, penipu bisa saja lihai, tetapi kamu pun bisa lebih waspada. Ibu rumah tangga itu tangguh—dan dengan sedikit kewaspadaan, kamu bisa jadi pahlawan keamanan digital bagi keluargamu sendiri. (MW)