WH Geram Penumpang Menumpuk di Stasiun KA Rangkabitung

BANTEN; LENSAMETRO— Penumpang Kereta Api (KA) di Stasiun Rangkasbitung Menumpuk. Kejadian tersebut tersebar dan viedeo penumpukan penumpang banyak dibagikan di media sosial (Medsos).

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) menyayangkan berbagai pelanggaran protokol kesehatan di wilayahnya, Rabu (10/06/2020).

WH mengaku geram atas berbagai pelanggaran protokol kesehatan di Stasiun KA Rangkasbitung, dimana ada peristiwa para penumpang dan masyarakat berdesak desakan, berkerumun, bersentuhan, tidak ada social distancing sama sekali.

“Pada waktu PSBB kita kan telah sepakat untuk memperketat transportasi Kereta Api dengan pola dan pendekatan protokol kesehatan yang ketat”, ucap WH.

Ditambahkannya,  peristiwa tersebut mendegradasi upaya Pemprov Banten. Sebab, data terkonfirmasi positif Covid di Banten saat itu sudah sangat landai bahkan perhari itu hanya 2 sampai 4 orang yang tercatat positif.

Tapi, semenjak Lebaran kemaren dan begitu dibuka ruang transisi mulai ada pelanggaran-pelanggaran dan naik sampai 14 orang, bahkan hingga 22 orang terkonfirmasi positif setiap harinya.

“Bagaimana kita bisa memutus mata rantai jika pendekatan protokol kesehatannya belum terselesaikan, ungkapnya.

Persoalannya sekarang adalah mau menyelesaikan covid-19 atau mau mengedepankan persoalan ekonomi. Karena, menurutnya hal ini tidak bisa diparalelkan bersama. Baik antara urusan ekonomi dan penyelesaian pandemi, seperti misalnya mall boleh dibuka, sudah jelas orientasi mall kan selalu ingin banyak pengunjung sementara konsep sisi protokol kesehatannya agar kita dapat memutus mata rantai penularan.

“Dari pertama persoalan lock down,
PSBB hingga ke masa transisi dan sekarang new normal, saya belum bisa membayangkan akhirnya bagaimana dan formulasinya juga gimana?” tegasnya.

Demikian juga soal tempat peribadatan, karena menurutnya beberapa Kapasitas masjid di beberapa area luasnya terbatas, sementara jamaahnya banyak walaupun sudah diberikan tanda tapi tetap saja jamaahnya bergerombol masuk sehingga jadi over kapasitas, kecuali Masjid Agung atau masjid besar lainnya.

“Sebagai Gubernur sejak awal tidak banyak komentar tapi saya terus bekerja, memantau dan terus melakukan aktifitas sosialisasi untuk upaya pencegahan, karena polanya berubah-ubah dan kurang sinergi antara satu daerah dengan daerah lainnya, akhirnya saya rasakan menjadi kurang efektif,” pungkas WH. (dra/joe)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *