OPINI ; Janganlah Pemuda Bercerai-Berai Karena Omnibus Law

Oleh Adnan Fatoni

DI INDONESIA 28 Oktober selalu di peringati sebagai harinya para pemuda. Sebuah kristalisasi perjuangan yang panjang bagi para pemuda di seluruh Indonesia karna pada hari itu lahirlah sebuah Bangsa, Tanah Air, dan Bahasa yang satu Indonesia.

Sumpah pemuda tidak terjadi begitu saja tanpa adanya sebuah perjuangan yang panjang, perjuangan untuk tidak lagi melihat batasan kita sebagai suku, adat, ras, dan agama.

perjuangan mengesampingkan rasa kecintaan terhadap daerahnya masing-masing (primodialisme) untuk tujuan yang lebih besar yaitu persatuan Indonesia.

Di usianya yang ke – 92 tahun, semangat sumpah pemuda seharusnya terus kita jaga. Sebuah tema ‘Bersatu dan Bangkit’ yang coba digalangkan oleh pemerintah janganlah hanya menjadi sebuah ungkapan kata manis yang tidak memiliki arti. Namun adalah upaya untuk merawat persatuan.

Di tengah pandemi Covid 19 yang tidak mereda ini, semangat Bersatu dan Bangkit harusnya menjadi landasan kita bersama untuk terus berjuang bersama-sama akibat pandemi covid 19.

Keterpurukan ekonomi yang membuat Indonesia jatuh ke dalam jurang resesi atau persoalan ketenagakerjaan yang belakangan ini mencuat paska pengesahan UU Cipta Lapanga  Kerja (Omnibus Law) seharusnya tidak membuat kita tercerai berai sebagai sebuah bangsa.

Cukup rasanya Pilpres kemarin menjadi sebuah gambaran ketidakmajemukan kita dalam menghadapi sebuah pilihan yang pada akhirnya membuat kita terkotak-kotakan dalam isu sara.

Refleksi 92 tahun semangat sumpah pemuda harus kita terus jaga. Berbeda itu hal yang biasa karena yang sama justru yang tidak biasa. berbeda harusnya membuat kita semakin kuat bukan justru membuat kita terpisah atau tercerai-berai.

Sudahlah kawan perpecahan ini! Mari menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai bhineka tunggal ika. Karena dengan bersatu kita kuat dan dengan berpecah belah kita kalah.

‘Bersatu dan Bangkit’ adalah sebuah awal bagi kita untuk bisa sama-sama berjuang bersama. Jangan pernah mau menjadi pion catut dari segelitir orang yang memang haus akan jabatan atau mempunyai kepentingan pribadi karna pada akhirya pion hanya di tinggalkan. (*)

____________

Penulis Adalah Penggiat Diskusi Lingkar Peradaban

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *