banner 970x250

Mengamati Pilbup Bandung; Dari Istri Bupati, ‘Loncat Pagar’ Kader Golkar Hingga PDIP Gaet Mantan Kapten Persib

Redaksi
18 Nov 2020 17:34
3 menit membaca

BANDUNG;LENSAMETRO- Pilkada Kabupaten Bandung menarik untuk dilihat. Sebab, tiga pasang yang akan berlaga memiliki latar belakang yang seru untuk dikupas.

Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adif Miftahul mengatakan, Pilkada di Kabupaten Bandung, Jawa Barat sangat dinamis. Sebab penuh dengan cerita intrik, diantaranya mulai dari Istri Bupati Bandung Kurnia Agustina yang berpasangan dengan Usman Sayogi dari Gerindra. Cerita kader Golkar yang ‘loncat pagar’ Dadang Supriatna yang berpasangan dengan Sahrul Gunawan diusung PKB, NasDem, Demokrat dan PKS. Sampai pada kemesraan PDIP-PAN yang mengusung anak dari salah satu Tokoh di Jawa Barat Yena ISkandar Masoem yang dipasangkan dengan mantan kapten pemain sepakbola Persib Bandung Atep.

“Kalau kita melihat Pilkada Bandung, dinasti itu memang bercokol sedemikian rupa. Terbukti dulu mertuanya, sekarang ke istrinya. Itulah lemahnya demokrasi yang sering saya kritisi. Atas nama suara terbanyak, sebenarnya mereka yang punya materi melimpah. mereka yang punya hubungan dekat dengan kekuasaan dan oligarki polititik dengan gampang mendapatkan rekomendasi. Lemahya demokrasi ketika dinasti jauh ya dari kompetensi,” ujar Adif Miftahul kepada lensametro.com, Rabu (18/11/2020).

Tatapi fakta tersebut,  kata Adif juga akan sama terjadi. Karena tentu penatang atau lawannya tidak jauh dari klan anak orang terkenal. ” Dan Ketika adanya kader yang loncat pagar itu realistis seperti kader Golkar Dadang Supritna,” tukas Adif.

Pengamat Politik dari Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang ini menuturkan, sebenarnya siklus politik yang dimainkan di Kabupaten Bandung yakni masih menurunkan orang-orang itu saja.

Foto website KPU Kab. Bandung

Lanjut Adif, partai politik dan massanya gampang digemboskan ketika kader yang sudah bersusah payah dan sudah lama kemudian tidak mendapatkan rekomendasi akan mudah loncat pagar atau diambil partai lain. “Kasus serupa dengan Dadang Supriatna ini juga terjadi kan di Kota Medan, Pun di Kota Cilegon dan Kabupaten Serang,” katanya.

Sementara, terkait PDIP yang bermesraan dengan PAN di Pilkada Bandung, Adif menilai sebuah tontonan yang biasa. Sebab, Pilkada berbeda dengan Pilpres dan Pileg. “Bahwa peta di lapanganlah yang mendorong skala tersebut. Karena Pilkada beda dengan Pilres,” ucapnya.

Terkait stategi PDIP memasangkan Yena Iskandar Masoem dengan Atep sebagai calon Wakil Bupati Bandung, Adif menilai karena tidak lain untuk mendongkrak suara di kalangan Bobotoh serta dinilai bisa menyumbang daya elektoral yang berbau elektabilitas, popularitas dan like-abilitas. “Dipasangny Atep tidak lain dinilai bisa mendongrak suara. Terlebh kalau bicara Persib di Bandung ini sangat militan,” tukasnya.

Lanjut Adif, PDIP penting untuk menang di Pilkada Kabupaten Bandung. Apalagi Jawa Barat adalah skala suara nasional. “Terlebih PDIP selalu keok di Pigub Jabar. Bahkan tidak pernah. Jadi Pilkada di kabupaten Bandung dan di wilayah Jawa Barat sangat penting dimemangkan PDIP,” tandasnya. (joe)