Hardiknas dan Rencana Relokasi SDN Panongan II Yang Ambruk Karena Sengketa

Redaksi
2 Mei 2020 18:22
2 menit membaca

TANGERANG; LENSAMETRO- Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap 2 Mei. Pada Hardiknas, Sabtu (02/04/2020) lensametro.com akan membahas sekolah ambruk lantaran sengketa tak berkesudahan yang saat ini direncanakan direlokasi. Tepatnya di SDN Panongan II yang terletak di Desa Panongan, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.

Sekolah tersebut ambruk pada 31 Maret 2020 bersamaan saat murid sedang dirumahkan lantaran pandemi covid-19, sehingga tidak ada korban jiwa.

Penelusuran di lapangan, SDN II Panongan tersebut pernah disegel oleh orang yang mengaku ahli waris pada 2014 yang lalu. Sehingga bangunan dibiarkan apa adanya tanpa adanya rehab sejak kejadian luar biasa (KLB) pada enam tahun lalu.

Camat Panongan Rudi Lesmana mengatakan, menanggapi ambruknya sekolah tersebut, dirinya telah menemui yang orang mengatasnakan ahli waris lahan di sekolah tersebut bersama kepala sekolah setempat. “Bangunan akan direbah. Bahkan saya berencana akan merelokasi sekolah tersebut,” ungkap Rudi Lesmana.

Terang Rudi, dirinya telah mempersiapkan lahan seluas 3000 meter yang tidak jauh dari lokasi untuk lahan baru SDN Panongan II yang ambruk. “Saya juga sudah bicarakan kepada bidang pertahanan dari dinas Perkim,” ucap Rudi.

Sementara, Kepala Bidang Pemakaman dan Pertanahan Dinas Perumahan, Permukiman dan Pemakaman Kabupaten Tangerang Dadan Dermawan mengatakan, relokasi lahan SOP nya memang 3000 meter dan harus mendapat surat rekomendasi dari dinas pendidikan.

“Sedangkan letaknya harus strategis dan memiliki akses jalan yang memadai serta terbebas dari banjir,” ucapnya.

Selain itu, juga harus memiliki beberapa lahan alternatif agar bisa menjadi pilihan tempat relokasi tersebut. “Sekolah sengketa juga pernah terjadi sebelumnya. Yakni di SDN Bojong I dan II. Dan kemudian direlokasi,” tutup Dadan.

Sebelumnya diberitakan, Kepala SDN Panongan II Rohman mengatakan sebanyak 236 siswa-siswi yang mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. “Informasi yang saya ketahui, sejak kejadian 2014 tidak ada rehab,” ucap Rohman.

Wakil Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tangerang Ahyani menyayangkan atas peristiwa sekolah ambruk di wilayah Kabupaten Tangerang. Ia mendesak agar Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Tangerang segera membuat tim untuk mendata jumlah sekolah yang berpotensi ambruk.

“Harus ada data sekolah tua yang berpotensi ambruk atau roboh. Agar tidak membahayakan siswa-siswi,” ucapnya.

Terpisah, Kepala Disdik Kabupaten Tangerang Syaifullah mengatakan, jumlah bangunan sekolah dasar (SD) sebanyak 750 sekolah. Sedangkan bangunan sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 91 sekolah.

“Kalau bangunan sekolah tua masih didata, jumlah konkretnya on progres” pungkasnya. (joe)